RSS

Kita Tetap Sahabat



Kita Tetap Sahabat



Didalam kegelapan malam ini aku berjalan tanpa mempedulikan rasa dingin yang menusuk tubuh. Mungkin di kisah kisah yang sering ditulis sepasang sahabat yang berlawan jenis akan merasakan cinta. Tapi kisah ini berbeda. Aku dan dia, tetap sahabat.

Aku melangkah tanpa henti sambil memeluk erat tubuhku sendiri. Menahan rasa dingin yang mulai menusuk tubuh. Dingin. Aku menoleh kebelakang, sepi. Tak ada seorang pun disana. Tubuhku menggigil, aku pun langsung mempercepat langkahku. Takut akan keadaan seperti ini.

Tubuhku melemas, mukaku memucat. Tubuhku pun terjatuh ke aspal.

***


“ ayah tak mengerti. Aku sayang ayah, tapi sifat ayah membuatku sakit. “ ujarku mencurahkannya kepada Rio, setelah ia menemukanku diaspal itu, dan membawaku kerumahnya. “ dan kamu juga tak mengerti. Tolong jangan paksa aku. Kamu juga membuatku sakit.” Lanjutku pelan diiringi sebuah isakan kecil.

Ia hanya diam tak merespon. Menunduk seakan mempunyai sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya. “ Percuma kamu bertindak seperti ini. Ayah juga tak akan mengerti. “ akupun melanjutkannya.

“ tapi Fy, ayah kamu udah keterlaluan. Bersenang senang tanpa mempedulikan anaknya. Kejam, Fy.” Responnya beberapa menit setelah aku melanjutkan kata kataku.

“ itu ayah aku, dan ga ada urusannya sama kamu. “

“ urusanmu urusanku juga. Kamu aneh Fy. Kamu gak bisa hadapin ini sendiri. Ada aku yang selalu akan bantu kamu. “

Aku kembali menitikkan sebuah tetesan bening itu. Memeluk bantal strawberry diiringi isakan tertahan. Kini aku menangis lagi dihadapannya.

***


Aku pulang dari rumah Rio tanpa pamit. Mungkin aku memang seperti anak kecil. Tapi hatiku sakit. Aku pun berjalan menuju rumah yang sudah kuanggap neraka itu. Tapi, aku sayang ayah.

Aku memasuki rumah itu. Tepatnya kedalam kamarku. Ponsel ku berdering. Dengan malasnya aku mengangkatnya, mengucapkan “hallo” .

Dia, yang mengkhawatirkan keadaanku. Rio, tahukah kamu? Aku bukan anak kecil lagi !

Tiba tiba pintu kamarku digedor kencang. Hampir saja jantungku copot. Buru buru aku memutuskan panggilan dan berjalan kearah pintu. Menemukan sesosok ayah, dan langsung….

PLAK !

“ dari mana saja kamu? “ bentaknya emosi. “ Kamu tau kan, kamu itu perempuan ! “

Aku memegang pipiku yang memerah, dan menunduk takut. Ayah pun menyeretku menuju ruang tengah.

“ kamu harus ikut ayah !! “ ujar ayah kasar sambil mencengkram pergelangan tanganku.

“ Gak !! aku gak mau !! “

Ayah melepaskan cengkramannya kemudian menatapku tajam. “ berani kamu melawan ayah? Belajar dari mana kamu? Hahh?? “

Aku semakin takut, tapi tiba tiba ada suara yang memanggilku. Aku menoleh, dan menemukan dia !

“ Ify, kamu kenapa?? “ tanyanya melihat pipiku yang memerah dan air mata yang terus mengalir. “ Jangan mendekat !! “ Ujar ayah sambil mengeluarkan sebuah pisau lipat. Mataku melotot tak percaya.

“ Ayah ! jangan main main dengan pisau !!”

“ DIAM KAMU !! “

Rio mencoba mendekatiku. “ Ayah macam apa kau ? dia anakmu !! dasar kau, tak berpendidikan !! “ Rio dengan lantang berbicara seperti itu. Tak terduga, pisau itu melayang kearahnya, aku menutup kedua mataku dengan telapak tangan, tak mempunyai keberanian untuk melihat apa yang akan terjadi.


Tak terduga, pisau yang melayang itu dengan sigap direbut oleh Rio dan….

BLUSSS

Aku membuka kedua mataku. Menatap perih orang yang meringis kesakitan itu. Sejenak menoleh kearah Rio yang menatapnya tak percaya. Aku memeluk ayah yang sudah bersimbah darah, sambil menangis.

Ayah memegang tanganku sambil mengucapkan kata terakhirnya. “ ify… maafkan ayah nak. Ayah, sakkit.. “ Ujarnya terputus.aku yang mendengarnya kembali menangis sambil memeluk orang yang aku sayangi itu.

“ Ayah, gak boleh pergi… “

Ayah menghembuskan nafas terakhirnya . menutup kedua matanya, dan telah pergi untuk selama lamanya. Aku menatap ayah perih, sungguh perih hati ini.

“ AYAAAAAAAAAHHH “


***


Aku berjalan pulang dari pemakaman, Rio yang terus memohon maaf sedari tadi berada disampingku. “ Fy, tolong maafin aku Fy. Sebenernya bukan ayah kamu yang pergi, tapi aku. Aku mau menggantikan ayah kamu fy, yang sekarang udah pergi. Tapi aku juga sayang sama kamu. Kamu sahabat aku. Aku gak tega liat perlakuan ayah kamu ke kamu Fy . “ Jelasnya sambil menatapku sayu setelah aku memberhentikan langkahku.

“ Tapi bagaimana pun dia ayah aku Rio. Aku bingung. Aku gak mau kehilangan orang yang aku sayang. Dan tolong, aku udah nggak nganggap kamu sahabat aku lagi. Maaf Rio. “

Tak kuduga, aku telah mengucapkan kata kata itu. Membuatnya tak terima.

“ Ify… “ lirihnya tak percaya atas ucapanku tadi. Aku pun langsung berlari tanpa tujuan dan meninggalkan Rio yang terdiam tak percaya.

***


Aku menatap figura itu dengan air mata. Aku, ayah, dan Rio yang sedang memamerkan sederetan gigi putih dengan gembiranya. Ayah yang merangkul kami berdua. Aku tersenyum pedih mengingat kenangan itu lagi.


==

“ Ayah, Rio jahat. Dia gak mau bagi eskrimnya sama aku. “ aku berlari menuju ayah yang sedang memperhatikan kami berdua.

“ Rio gak jahat kok. Nanti ayah beliin eskrim yang banyak untuk kalian ya. “ hibur ayah padaku.

“ Tapi Rionya dikasih dikit aja ya? “

“ Gak boleh Ify. Kamu pelit :P “ sambung Rio juga sudah berada disamping ayah.

“ kamu aja gak mau bagi eskrimnya. “ balasku tak mau kalah.

“ Udah, jangan berantem. Ntar ayah beliin lagi. “

“ oke deh om . “ Rio pun kemudian berlari dan aku mulai mengejarnya. Disana ayah yang melihat tersenyum sambil memotret foto foto kami yang sedang bermain kejar kejaran itu.

Bunda pun datang membawa makanan. Disana, kami bermain. Bergembira bersama. Berfoto ria, menikmati masakan Bunda yang lezat lezat.

===


Aku kembali tersenyum pedih mengingat masa itu. Kini ayah dan bunda telah tiada. Ayah yang sudah berubah setelah kepergian bunda 1 tahun yang lalu. Dan sekarang aku yang sedang bertengkar dengan Rio. Siapa lagi orang yang menyayangiku dengan sepenuh hati selain mereka?

Siapa ? Aku sayang mereka. Aku pun memeluk figura itu dengan sayang. Seakan tak pernah kulepas.

***


Di pagi itu aku menemukan sebuah surat di atas meja ruang tamu.  Aku membuka surat itu.


Dear,My BFF, Alyssa

Ify, aku mohon sama kamu, maafin aku. aku tau aku salah, tapi aku gak tega Fy. Aku ingin menggantikan posisi ayah kamu saat ini. Biar aku yang pergi.

Fy, aku gak pernah mau kehilangan kamu. Mana janji kamu dulu? Kamu akan selalu ada disamping aku. melewati suka dan duka bersama. Tolong ngertiin aku Fy.

Rio .


Aku menatap surat itu. Meyakini segala keputusan yang telah aku putuskan.


***


Disini aku sendiri. Melewati hari hari dengan hampa. Mencoba melupakan segala yang sudah terjadi. Dan, kepedihan itu datang lagi.

***

Pemuda itu menyebrangi jalan dengan tergesa tanpa melihat ada sebuah truk yang melintas dijalan itu. Tak terduga, tubuh itu terhempas ke aspal dengan darah yang bercucuran.

***

“ ini kami temukan didalam sakunya. “ ucap salah satu warga yang menolong ia dalam kecelakaan itu sambil memberikan sepucuk surat kepadaku. Aku mengambil dengan tangan bergetar, dan membaca isi surat itu.


Dear, My BFF, Alyssa

Ify, kamu ingat kan? Besok kamu ulang tahun, dan aku udah nyiapin semuanya. Kamu juga ingat kan, tanggal ulang tahun kamu itu kita menjadi sahabat. Dimana kamu yang nolong aku waktu aku jatuh dari sepeda. Kamu ingat kan Fy?

Aku harap kamu ingat. Dan kalau kamu ada waktu, aku mau ngajak kamu ke rumah aku, besok, terserah jam berapa. Pokoknya aku selalu nunggu kamu dirumah :)

Rio


Aku menangis lagi membaca surat itu. Mengenang kisah antara aku dan dia. Kini aku sedang berada dirumah sakit, menunggu ia sadar akibat kecelakaan itu.

***

Hari ini, aku kembali datang kerumah sakit. Tapi, ruangannya kosong ! aku bertanya pada suster yang aku temui, dan katanya Rio sudah pulang. Bukankah ia tengah sakit parah??

Tanpa basa basi lagi, aku langsung kerumahnya. Dan…

“ Akhirnya kamu datang Fy .. “ ujarnya tiba tiba ketika aku masuk kerumah yang megah ini.

“ Rio? Kamu kok? “

“ Happy Birthday Ify. Maaf Fy. Aku gak bisa tepatin janji aku untuk kasih sesuatu untuk kamu. Gara gara truk sialan itu. Maafin aku Fy. Please maafin aku.. “ Ia duduk dikursi rodanya dengan kepala yang diperban.

“ Rio…. “ lirihku merasa bersalah.

“ Aku juga sedih Fy, atas meninggalnya Ayah kamu. Maafin aku .. “ lanjutnya sambil menunduk.

Aku berjalan kearahnya, dan kemudian menggapai tangannya. “ Aku udah pernah janji sama kamu buat gak ninggalin kamu. Dan janji harus ditepati. Kita tetep sahabat ya? “

Rio pun membalas mengkaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya. “ Kita Sahabat !! “
Aku tersenyum haru. Bodoh sekali aku sudah membuatnya seperti ini. Yang penting, Kami Tetap SAHABAT !

Rio, kini harus menjalani perawatan, akan tetapi ia memilih dirumah saja daripada dirumah sakit. Aku berjanji, akan selalu menemani hari harinya dalam suka maupun duka.

Semoga Ayah dan Bunda tenang disana. Kami akan selalu mendoakan. Dan Kami, AKAN TETAP SAHABAT :)



= THE END =

My Short Story :)

1 komentar:

andika mengatakan...

www.misterivsilmiah.co.cc

Posting Komentar

Sample Text