RSS

Apakah Aku Merindukanmu?


                Malam ini aneh. Aku mulai tidak bisa tidur karnamu lagi. Sungguh, rindu ini tiba-tiba datang tanpa kuminta. Rindu yang tiba-tiba memuncak. Hati ini ingin menjerit, aku rindu kamu! Tapi kenapa? Kenapa aku merasakan hal seperti ini lagi disaat kuyakin tak ada lagi perasaan seperti dulu dihati ini, disaat aku benar-benar telah yakin telah berhasil mengusirmu dari benakku, dari pikiranku.
                Tapi malam ini perasaan itu datang lagi, aku tidur dan tiba-tiba sosokmu datang di alam mimpiku, kamu, yang dulu. Mimpi yang indah.. disana aku dan kamu masih seperti dulu, sama-sama merajut tali kasih sayang, tidak membiarkan salah satu dari kita terluka. Dan sungguh, dalam mimpi itu aku bersandar dipundakmu, dalam hujan.. kita yang sama-sama menyukai aroma hujan, terutama bau tanah yang basah karna hujan. Kita berdua menyukai itu, dan tidak pernah melewati untuk mendengarkan suara dan menghirup aromanya. Setiap melakukan itu, satu kata yang tersimpan dalam benak, damai.
                Sosokmu menghilang dalam mimpi itu beberapa saat, lalu muncul lagi. Ada sesuatu mengaliri kedua pipiku ketika kamu hilang, kamu tahu, airmata. Lalu kamu muncul dibelakangku dan menggenggam tanganku erat, tersenyum penuh arti. Kamu tersenyum sambil berjanji bahwa kamu tidak akan pergi dari hidupku. Walaupun dalam mimpi, senyummu masih manis, apalagi manik matamu seperti memancarkan sebuah ketulusan. Itulah sebabnya aku suka menatap matamu. Tenggelam disana oleh pesonamu.
                Aku terbangun dari mimpi itu ketika dalam mimpi itu banyak orang yang datang dari arah jalan dan melempar kerikil-kerikil kecil. Kepalamu terluka oleh kerikil tajam yang dilemparkan orang-orang yang entah maunya apa. Dan tiba-tiba seseorang datang dan menarikku menjauh darimu, terus menjauh sampai aku tidak merasakan cahaya apa pun lagi, semuanya gelap.
                Dan ketika membuka mata, aku merasakan cahaya lampu kamarku, dan yah.. aku terbangun dari mimpi itu. Dan rasa rindu mulai menjalari hati. Sudah lama aku tidak memikirkanmu lagi, aku terlalu benci sosokmu ketika kamu berubah menjadi orang jahat, yang tidak mempedulikan hati yang terluka, tergores, bahkan tersobek. Atau hancur berkeping?
                Rasa benci itu membuatku sedikit demi sedikit melupakanmu. Tidak lagi menganggapmu pernah ada,  yang dulu memberi warna-warna seperti pelangi menghiasi hidupku. Membuat senyum terkembang jelas dalam wajah yang dilukis sedemikian rupa oleh Tuhan. Dan kini, ketika aku yakin telah berhasil melupakanmu, sosokmu datang lagi walaupun hanya lewat mimpi. Dan rindu ini semakin memuncak.
                Untuk yang telah menggoreskan luka disebuah hati, tolong dengar ini. Apakah kamu tidak bisa untuk tidak memenuhi pikiranku selama-lamanya? Apakah kamu bisa untuk tidak membuatku jatuh lagi karnamu? Atau rasa ini yang terlalu dalam.. susah untuk dihapus. Dan radar ini selalu tertuju padamu tanpa kukehendaki. Dan ini salahku. Mencintai seseorang dengan sangat teramat dalam, atau kamu memang salah, membiarkan aku jatuh kedalam pesonamu. Membiarkan aku membalas perasaanmu, membiarkan aku mencintaimu, dan membiarkan aku terluka olehmu.
                Dan, beberapa pertanyaan lagi. Hmm apakah gadismu mencintaimu seperti aku mencintaimu dulu? Atau apakah kamu mencintainya seperti kamu mencintaiku dulu? Apakah kalian melakukan hal-hal yang kita berdua lakukan dulu? Apakah dia selalu berusaha memahamimu seperti aku dulu? Apakah dia.......pernah membuatmu menangis seperti aku dulu? Atau.... apakah kalian pernah menangis bersama-sama seperti yang kita berdua lakukan dulu?
                Kita memutuskan untuk menjalani hidup masing-masing. Tapi Tuhan selalu mempertemukan kita. Hampir setiap hari. Tapi Tuhan tidak membuat kita bersatu lagi, karna itu yang terbaik.
                Aku berkata  pada diriku sendiri. Tidak boleh ada lagi air mata disini. Cukup dengan senyuman dan tertawalah jika itu membuat suasana menjadi membaik. Walaupun... fake smile. Memang sejak awal kita berpisah aku benar-benar tidak lagi mempunyai semangat untuk hidup. Semuanya hampa. Airmata terus-terusan turun seperti air terjun. Sampai beberapa hari jatuh sakit tanpa ada kamu lagi yang menemani. Waktu itu aku benar-benar tidak sanggup, dan tertatih.
                Tapi, tidak lama dari itu, Tuhan mengirimkan seseorang yang menjadi penyembuh luka walaupun luka ini tidak benar-benar kering. Tuhan memang adil. Kita tidak selalu berada diatas, ada saatnya orang-orang yang sebelumnya berada dibawah naik ke atas dan kita jatuh ke bawah, dan ada saatnya kita dan mereka sama-sama berada diatas ataupun dibawah. Tuhan memang adil. Ketika aku sedang sangat terluka dengan luka yang masih basah, tuhan mengirimkan seseorang untuk mengobati luka ini.
Walaupun aku tahu, aku tidak bisa bersamanya seperti bersama pembuat luka dulu. Aku tidak mau seperti itu, terlalu cepat untuk bersama orang baru. Tidak seperti kamu, yang memang benar-benar tidak peduli terhadap rasa sakit yang ditimbulkan olehmu sendiri. Tapi seiring waktu, aku tersadar, tidak ada gunanya untuk terjebak di masa lalu. Tidak ada gunanya untuk larut dalam kesedihan, karna waktu terus berjalan, hidup terus berjalan. Jika kamu bisa dengan cepat bersama orang yang baru, kenapa aku tidak? Tapi pikiranku bukan seperti itu. Aku ingin belajar dewasa. Aku tidak akan lagi dengan mudah memberikan hatiku seperti untukmu dulu, karna aku tahu bagaimana rasanya jika sebuah pilihan tidak benar-benar tepat.
Dan, satu lagi, malam ini, dan semoga bukan untuk seterusnya, aku rindu kamu.

Make Way For Love - Part 1



Satu


                Hari-hari selanjutnya harus dilalui Ify dengan begitu berat. Seseorang yang masih melekat dengan erat dihatinya masih belum bisa dilepaskan walaupun orang itu telah pergi, tanpa ia ketahui dimana orang itu berada. Seperti ditelan bumi. Ify ingin marah, tetapi kepada siapa?
                Sebulan ini telah dilalui Ify dengan tangis dan airmata. Kekasihnya seperti ditelan bumi. Tidak ada kabar sedikitpun dari teman teman dekatnya, dan juga dari sekolah lamanya. Keluarga satu-satunya hanyalah kak Angel yang juga menghilang entah kemana. Setiap hari Ify hanya menunggu kekasihnya, Alvin, memberi kabar. Tapi tak kunjung ia dapat. Mungkinkah Alvin tak peduli lagi dengannya sehingga ia pergi tanpa pamit? Beribu-ribu kemungkinan lewat di otaknya, dan setiap kemungkinan pasti di awali dengan kata “mungkinkah?”.
                Hari pertama Ify mengenakan seragam putih abu-abu. Sama seperti sebulan ini, Ify masih berjalan dengan lesu tanpa semangat, tidak seperti murid lainnya yang berdebar memasuki sekolah baru, memulai lembaran baru di putih abu-abu, yang kata orang adalah masa-masa sekolah paling indah.
                Murid-murid kelas Sepuluh memenuhi jendela didekat pintu masuk masing masing kelas. Melihat apakah ada nama mereka tercantum dikertas yang ditempelkan pihak sekolah di jendela dekat pintu masuk. Ify menyusuri beberapa kelas dengan ogah ogahan. Segeromolan murid anak kelas Sepuluh sedang berjalan sambil tertawa dengan lolipop ditangan dan menabraknya. Oh, genk? Ia menggelengkan kepala ketika anak-anak perempuan centil itu melewatinya. Tak ada waktu untuk membalas kelakuan mereka sekarang.
                   “Ify!!”
                Ify menoleh, ada seseorang yang tersenyum lebar kearahnya sambil melambaikan tangan. Agni, teman sekelasnya di SMP. Ify berjalan kearah Agni.
                “Udah lama gue gak liat lo. Kemana aja fy? Anak kelas kita ngumpul kenapa lo gak ikutan? Kangen tauuuu” cerocos gadis manis berlesung pipit itu sambil memeluk Ify erat. Ify hanya menyeringai.
                “Eh iya kita sekelas lagi!” Agni tersenyum lebar memamerkan sederetan gigi putih dan lesung pipit yang menghiasi wajahnya.
Ia melemparkan pandangan ke kertas dijendela itu. X-MIPA 7, Ify Alyssa. Ada namanya. Gadis itu melihat murid-murid centil yang menabraknya tadi masuk ke 2 kelas sebelum kelasnya. Huft, untung tidak sekelas dengan anak-anak itu.
Ify bersama Agni masuk ke kelas mereka menuju sebuah bangku kosong didepan Agni. Ify melirik ke arah tas Agni, disampingnya telah tergeletak sebuah tas, yang memastikan bahwa Ify tidak bisa lagi duduk bersama Agni. Gadis berdagu tirus ini pun meletakkan tasnya dibangku depan meja Agni. Lalu keluar bersama, keliling sekolah tanpa tujuan.
Tak ada pembelajaran hari ini. Hanya ada wali kelas baru yang masuk dan perkenalan diri, pembagian struktur kelas, pembagian roster piket, dan wali kelas memberikan roster pelajaran. Waktu istirahat telah tiba sejak 10 menit yang lalu sebelum wali kelas Ify keluar. Teman sebangkunya adalah Cakka, yang ngotot ingin sebangku dengannya ketika melihat gadis tirus ini pertama kalinya. Terpesona? Bisa jadi.
Ify masih bersama Agni dan berjalan menuju kantin. Galau berkepanjangan tidak membuat selera makan Ify berkurang. Galau tidak galau, ia masih sanggup menghabiskan beberapa porsi makanan dengan lahap. Gadis ini berjalan menuju  ibu kantin dan memesan seporsi mie kuah. Ia menunggu sampai mie kuah itu siap dihidangkan dan membawanya ke meja tempat Agni duduk. Sedang berjalan, ada sebuah siku yang menyenggolnya sehingga miekuah panas itu jatuh kearah seorang.... seorang Mario Stevano! Laki-laki yang paling populer disekolah ini. Semua mata tertuju padanya.
Ify melanjutkan jalannya tanpa menoleh lagi kebelakang atau ke arah Rio. Ia menarik pergelangan tangan Agni dan langsung beranjak dari kantin.
“WOY!!” suara laki-laki itu terdengar mengerikan. Ify berusaha memasang wajah sedatar mungkin meninggalkan tempat itu. Dalam hati sih, takut juga.

***

“Fy, kenapa lo gak minta maaf?!” Ujar Agni memasang wajah takut. Ia tau bahwa Rio adalah sosok yang paling populer disekolah ini dan terlihat mengerikan saat benar-benar marah.
“Agniiii, lo tau kan gue gak bisa ngapa-ngapain lagi selain pergi dari situ. Daripada guenya yang dibentak-bentak sama orang sok ganteng itu.” Jawab Ify ogah ogahan.
“Ya tapi kan lo bisa minta maaf dulu baru pergi, kalau gini kan sama aja dia pasti makin marah.”
“Kalau gue masih disitu pasti langsung dibentak-bentak di depan umum, malu Ag”
“Tapi kan.....”
“Udah lo gak usah takut sama orang sok ganteng itu.” Jawab Ify sambil memamerkan giginya yang dilapisi behel berwarna-warni.
“Coba ulang sekali lagi” Terdengar suara agak berat, suara laki-laki dari belakang Ify. Sebelum Ify membalikkan badan, ia menyahut. “Lo gak usah takut sama orang sok ganteng itu.”
Ify membalikkan tubuhnya kearah suara yang datang itu. Matanya membulat. Agni yang dibelakangnya menepuk jidad dan sedikit meringis.
“Agni.....” Ify mundur dan meraih pergelangan tangan Agni. “Kabur!”
***

Hari yang cukup melelahkan. Setelah hampir beberapa jam Ify dan Agni bersembunyi, kabur dari hantaman seorang Mario. Apa bagusnya cowok itu? Sok ganteng, tempramen lagi. Bagaimana bisa ia dijuluki sebagai orang yang paling tampan dan juga paling populer disekolahnya? Ify tidak setuju.
Ify mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang bernuansa hijau daun. Bayangan tentang seseorang yang masih memenuhi hatinya hingga kini masih terbayang.  Tingkah lakunya, senyum dibibirnya, cara dia memperlakukan Ify dengan lembut, dengan penuh kasih, masih terekam jelas diotaknya.
Lamunan Ify melayang disaat mereka berdua sedang terjebak dalam hujan waktu itu, Alvin yang menggendong Ify karna Ify tak sanggup lagi berjalan. Tak ada satupun taxi yang lewat saat itu. Dengan tubuh bergetar Alvin menggendong Ify menyusuri jalanan beberapa ratus meter kerumahnya. Lamunan Ify juga mengulang saat Alvin merayakan hari ulang tahunnya ke-15, memberikan surprise bersama teman teman Ify dan teman teman Alvin yang membuat Ify menangis. Lamunannya jauh ke dalam masa masa itu.
Akankah semua itu terjadi lagi? Masa masa itu takkan pernah terulang lagi karna didepan matanya sudah ada masa yang belum diketahui indah atau tidak. Tidak ada lagi Alvin disini yang menemaninya, yang memberikan perhatian tulus kepadanya. Tidak ada lagi. Andai Alvin kembali...
                Hujan turun dengan deras. Langit berubah menjadi kelam. Terdengar suara rintik hujan dari luar. Ify mengintip jendela kamarnya yang berada dilantai dua. Ia mengeryitkan kening. Seperti mengenali wajah seseorang yang baru saja ia lihat di sebuah tempat berteduh didepan rumahnya. Seorang laki-laki masih berseragam sekolah. Ya, ia mengenalinya. Seragam sekolah yang laki-laki itu pakai adalah seragam sekolahnya.
                Ify membuka tirai lebih lebar. Tidak salah lagi. Dia adalah Mario Stevano. Sedang apa dia lewat jalan ini? Bukankah ini komplek yang hanya bisa keluar masuk lewat satu jalan? Hujan bertambah deras. Ify masih memerhatikan Rio dari jendela kamarnya. Laki-laki itu terlihat kedinginan sekali. Tapi jika ia menghampiri kakak kelasnya itu, pasti dia akan dimaki.
                Tapi Ify adalah orang yang tidak tegaan. Ia menutup tirai jendelanya dan keluar kamar berlari kecil menuruni anak tangga. Tidak lupa mengambil sebuah payung berwarna hijau didalam guci samping tangga, jaket hitam kak Cakka, dan mantel hijau tua. Dengan jalan yang cukup cepat, Ify keluar rumahnya dan berjalan kearah tempat yang menjadi tempah berteduh Rio sekarang. Tidak apa-apa, pikirnya. Hitung-hitung permintaan maaf tadi disekolah.
                Ify memperlambat jalannya, Rio masih menatap kebawah.
                “Kak..” Ify memanggil Rio pelan ketika sudah disampingnya. Rio masih menunduk, suara Ify begitu kecil dan dikalahkan oleh suara hujan yang cukup deras. Setelah menghela nafas beberapa saat, Ify mulai mengeluarkan suaranya lagi, sedikit takut.
                “Kak Rio..” Kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya. Berhasil. Rio mengangkat kepalanya kearah Ify yang sedang memegang payung. Ia menyatukan kedua alisnya, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Ify memejamkan matanya, takut.
                “Oh.. elo.” Jawab Rio singkat. Ia menatap heran ke arah Ify yang masih menutup kedua matanya, tidak ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
                “Kenapa merem?” Rio memiringkan kepalanya menatap wajah adik kelasnya itu. Ify membuka mata ragu-ragu. “Lo takut sama gue?” Ify mengangguk. “Terus ngapain lo disini?” Tanya Rio lagi menegapkan badannya.
                Ify memegang leher belakangnya, suatu kebiasaan gadis ini jika sedang bingung atau salah tingkah. “Kakak gak marahin aku karna tadi numpahin mie ke...kakak?” Tanya Ify takut takut. Ia tak habis pikir mengapa respon Rio ketika melihatnya santai-santai saja.
                “Lo mau gue marahin lo?”
                “Ish, sok cool.” Ucap Ify dengan volume suara yang sangat kecil, tak sadar Ify menutup mulutnya. Laki-laki dihadapannya kini menaikkan sebelah alisnya. Ify menggeleng kuat, lalu memamerkan sederatan gigi yang terlapisi behel berwarna-warni.
                Rio melirik ke arah benda yang dipegang Ify. Sebelah kanan memegang payung, sebelah kiri memegang jaket dan mantel. Sadar, Ify menutup payungnya yang memang sedari tadi sudah bisa ditutup karna sekarang dia berdiri ditempat yang terlindungi dari hujan. Ify menjulurkan jaket dan mantel yang dipegangnya tadi. “Hitung-hitung sebagai permintaan maaf untuk yang tadi.”
                Rio menatap uluran tangan Ify kearahnya, ia tidak mengambil, justru memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana seragam sekolah. “Gue gak kenal siapa lo. Bahkan nama lo aja gue gak tau. Siapa tau lo mau guna-gunain gue dengan jaket ini.”
                Ify membulatkan kedua matanya. Langsung menarik uluran tangannya yang tadinya ke arah Rio. “Heh kak. Aku baik baik mau bantuin kakak. Juga sekalian mau minta maaf. Tapi malah dibilang mau kasih guna-guna. Lebih baik tadi aku tidur aja dirumah.” Ify menghentakkan kakinya kesal lalu bergegas membuka payung hijaunya dan langsung menyebrang jalan, tanpa pamit.
                Ketika sampai ditengah jalan menyebrang, dari belakang ada yang memegang pergelangan tangan Ify yang sedang memegang payung. Tanpa melepaskan pegangannya, ia meraih jaket dan mantel ditangan kiri Ify, sekarang Rio sudah berdiri dihadapan gadis manis berdagu tirus ini.
                “Makasih.” Ujar Rio sambil tersenyum. “Tadi cuma bercanda.”
                DEG. Ify sedikit menengadahkan kepalanya keatas, untuk melihat Rio yang lebih tinggi darinya. Tanpa sengaja mata mereka bertemu. Apa ini? Ify ingin memalingkan wajahnya kearah lain, tapi seakan ada sesuatu yang mengunci matanya, atau mata milik Rio telah menenggelamkannya hingga tidak bisa lagi bangkit ke permukaan? Jauh.. didalam..kedalam....
                Petir membuat tatapan mereka terpisahkan. Ify memegang leher belakangnya pelan sambil menunduk. Ada rona merah diwajahnya ketika sadar siapa yang barusan ia tatap. Rio seakan tersadar dari mimpi. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sadar, tangannya masih memegang tangan Ify yang menggenggam payung. Dengan malu Ify menurunkan tangannya sehingga Rio yang memegang payung itu.
                “Ehm. Biar gue anterin, rumah lo dimana?” Tanya Rio kaku. Ify menunjuk rumahnya yang memang berada tepat didepan tempat perteduhan Rio. Rio dan Ify berjalan dibawah payung kearah rumah Ify.
                “Ngg... gak mau masuk dulu kak?”
                Rio menggeleng. “Gapapa, kan udah ada ini.” Jawabnya sambil mengangkat mantel yang diambilnya dari Ify tadi. Ify mengangguk.
                “Gue pulang sekarang ya?”
                Ify sedikit bingung, lalu mengangguk. Rio berjalan menyebrangi jalan menuju tempat perteduhannya, mengambil motor yang sedang dimandikan hujan. Lelaki itu segera menstrarter motornya dan kembali menuju kearah Ify yang masih berdiri dipintu pagar rumahnya.
                “Gue Rio.” Ujar Rio sembari mengulurkan tangannya. Ify bengong sesaat, lalu membalas menjulurkan tangannya ke arah Rio. “Ify.”
                “Oke. Bye, Ify.” Rio mengacak rambut Ify sedikit dan tersenyum lagi. Disusul dengan suara motornya yang melaju meninggalkan rumah gadis ini.
                Desiran darahnya seperti bertambah kecepatannya. Jantungnya terasa lebih kencang berdetak. Rona merah dipipinya semakin memanas, ada apa ini? Mengapa ia tidak bisa memalingkan pandangannya ketika mereka saling tatap? Mengapa juga dia tersenyum-senyum sendiri ketika mengingat Rio mengacak rambutnya barusan? Apakah seperti ini rasanya ketika bersama Alvin? Apakah mungkin dia yang akan menggantikan Alvin nanti?
Ah, apa yang kamu pikirkan, Ify. Dia adalah seorang Mario Stevano. Mario Stevano yang mempunyai beribu fans disekolah. Seorang laki-laki yang paling dikagumi disekolah. Yang paling di incar oleh semua wanita. Bukankah kamu tidak setuju tentang pendapat orang-orang tentang dirinya? Lalu mengapa kamu seperti ini sekarang? Berhenti tersenyum karnanya, Ify. Jangan terjebak.








To be continue..................




Kritik dan saran ditunggu di komentar dibawah ini, thanks for reading!

Salam manis, Syadza.

Make Way For Love - Sinopsis



Ify P.O.V             

Kakak kelasku, Mario Stevano, Rio. Kakak kelas yang paling populer seantero sekolah. Kakak kelas yang dikagumi oleh berjuta wanita. Yah, walaupun kata-kataku sedikit berlebihan. Ia seorang anak yang menduduki sebuah kursi di kelas Akselerasi, seorang anak yang taat beribadah, tampan dan manis, yang kata orang lebih dari kata sempurna. Tapi menurutku dia tidak menempati julukan “manusia sempurna”. Jika dinilai dari 1-100, aku hanya memberinya 40. Nilainya langsung jelek dimataku saat mengetahui dialah orang yang paling sering mempermainkan hati wanita.
                Namun ada perasaan berbeda saat menatapnya lebih dekat, berbicara hanya dengan empat mata. Dan sialnya, dari waktu itu tertanam sebuah perasaan aneh yang selalu mendebarkan hati milikku, yang dengan sekejap mampu dipenuhi olehnya, dan lebih sialnya lagi, perasaan itu takkan pernah bisa dihapuskan walaupun telah diperjuangkan.



Mario P.O.V


                Adik kelasku, Ify Alyssa, adik kelas yang paling membuatku naik darah sejak awal bertemu dengannya. Diawali dengan insiden hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang, ia berhasil membuat mood baikku menjadi buruk seburuk buruknya. Menabrakku dikantin dengan mie kuah panas yang terlepas dari tangannya dan mengenai baju seragamku hingga sampai terasa panas di kulit. Tanpa meminta maaf dan pergi begitu saja. Lihat, awalnya saja sudah seperti itu, bagaimana aku bisa melewati tahun ini jika ada manusia seperti dia disekolah?
                Namun mengapa seminggu itu aku selalu terbayang wajahnya? Ada perasaan aneh disini yang mengatakan bahwa dia sosok gadis yang manis, yang sebenarnya lembut, yang berbeda dari gadis gadis yang lain, yang mampu memberikan kenyamanan. Dan ada sesuatu didalam hati dan otakku yang bekerja sama, yang mendorongku...membisikkan sesuatu....aku harus memilikinya.



Author P.O.V

                Mario dan Alyssa, dua sosok yang diam-diam mencintai. Dua sosok yang memerhatikan secara diam-diam, tanpa diketahui oleh seorangpun juga, bahkan diri mereka sendiri. Sejak awal bertemu hingga waktu itu tiba. Waktu yang membuka semua rahasia yang ditanam dalam dalam oleh mereka. Waktu yang menghasilkan kebahagiaan dari dua insan ini. Hingga terbentuk hubungan baru, yang membuat mereka selalu bersama, menghadapi segala rintangan dan hama-hama perusak hubungan bersama. Hingga suatu saat, ada seseorang yang membuat hubungan mereka benar-benar hancur berkeping. Seseorang....yang dulu pernah mengisi hati seorang Ify Alyssa.





Selamat malam! Mau buat cerita bersambung atau cerita berepisode atau ber-ber ya begitulaah. Startnya malam ini dan baru saya post sinopsisnya aja, insyaAllah besok post yang part 1 nya, atau lusa deh, atau sabtu depan. Soalnya senin ini udah mulai uts fufu:( doain lancar yaaa. Dan doain cerita ini juga lancar, hehe. Yaudah cuma ini aja, selamat malam sekali lagi!



Salam manis, Syadza.

Senyummu Bukan Lagi Untukku


Good Morningg! Saya sedang bosan karena terlalu cepat terbangun dihari Minggu. Jadi ya iseng nulis ini. INGAT!! Bukan curhat!! cuma lagi bosan dan keluarlah tulisan ini :p


Hai kamu, yang dulu pernah mengisi hari-hariku, apa kabar sekarang? Aku lihat, sekarang kamu sudah bahagia bersama pilihanmu yang beratus kali lipat lebih cantik dariku. Tapi, aku juga kecewa, baru beberapa minggu hubungan kita berakhir, aku harus melihatmu bersama orang lain, bermesraan bersama orang lain, seperti yang kita lakukan dulu. Hanya ada aku, dan kamu. Tidak ada orang lain.
Hai kamu, apakah kamu bisa membaca tulisan ini? Apakah kamu mengetahui bagaimana keadaan hatiku saat ini? Tidak. Kamu tidak akan mengetahuinya karna kamu sudah tak bisa lagi memahamiku seperti dulu, mengerti perasaanku seperti dulu.
Hai kamu, aku sedang memikirkan dirimu ketika aku menulis tulisan ini. Aku selalu memikirkanmu ketika aku sedang sendiri maupun ditengah keramaian. Aku selalu menahan diriku untuk tidak membuat sebuah sungai kecil dari kedua mata yang hanya akan mempermalukan diriku sendiri. Tahukah kamu bagaimana rasanya? Kamu tidak akan pernah tau karna kamu tidak merasakannya. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri. Kamu hanya memenangkan egomu sendiri tanpa peduli ada hati yang tersakiti.
Hai kamu, untuk yang tidak lagi mengerti apa yang aku rasakan. Kamu bisa baca ini? Jujur, sejak awal kita berpisah aku tidak bisa mengikhlaskan kamu pergi dari hidupku. Setiap hari ditemani oleh air mata yang terbuang sia-sia. Apalagi harus melihatmu setiap hari disekolah lebih banyak menyiksaku karna harus melihatmu bersama orang lain, tepat dihadapanku. Aku sering mencoba agar hatiku kuat menerima semua ini, aku sering beranggapan bahwa ini hanyalah cobaan yang Tuhan berikan agar aku bisa lebih dewasa. Tapi jujur, hatiku masih terlalu rapuh.. senyummu bukan lagi untukku.
Hai kamu, kenapa kamu pergi? Dulu, kamu memintaku berjanji agar tidak akan pernah pergi meninggalkanmu. Kamu juga berjanji, kita sama sama berjanji. Tapi sekarang siapa yang pergi? Yang membuat sebuah hati hancur berkeping? Dulu, kamu selalu takut dan merasa bersalah ketika melihat suasana hatiku sedih, kamu selalu berusaha agar hatiku kembali bahagia. Tapi sekarang kamu dimana? Aku tidak cukup kuat untuk menjalani ini semua, aku sering terjatuh dan tersandung hingga banyak luka yang belum kering. Aku capek harus berpura-pura tegar. Harus selalu tersenyum ketika pilihanmu tersenyum padaku ketika sedang disampingmu.
Sayang.... aku capek. Tolong kamu mengerti dan tidak menambah luka lagi disini..

Judulnya apa ya?

Hai selamat malaaaammmm!
Setelah sekian lama, baru hari ini buka blog lagii. Hmmmm jadi gini, tangan gatal mau ngepost sesuatu tapi ngga tau mau nge post apa-_- kalo kata orang namanya Te-le-le.

Jadi ceritanya mau cerita, jadi cerita gini(?) Jadii ceritanya aku udah resmi jadi anak SMA 3 Banda Aceh yuhuuuu. Ninggalin ninggalin seragam putih biru dan rompi SMP 6 tercinta:( dan membuka lembaran baru. Sebenarnya udah resmi jadi anak SMA pas sebelum Idul Fitri, tapi ngga berasa karna belum pake seragam putih abu-abu. Fufu.

Kata kata orang, masa putih abu-abu itu masa masa paling indah. Apalagi kalo udah jatuh cinta. Hmm tapi kalo jatuh cintanya sama orang yang ngga cinta balik gimana?:( Ngenes dong.

Tapi kali ini betul betul beda. Hampir ninggalin semuanya yang dulu buat hidup jadi bahagia. Terkecuali keluarga teman-teman dan sahabat yaa hehe. Nah kenapa tadi bilangnya hampir ninggalin semuanya? Ini nih aku jawab pertanyaan sendiri. Yang pertama, karna udah lulus SMP jadi pasti berubah dong. Dari seragamnya, dari tempat biasanya belajar, suasana kelasnya, teman-temannya, guru-gurunya, kantin pak M.Nur juga harus ditinggalin, sampe sanggar di SMP 6 juga harus ditinggalin :') Buk Susi mana Buk Susi....

Selain dari pada itu, -ciaelah- suasananya juga udah bedaaaaaaaaa pake banget. Tangan gatal pengen nulis apa yang paling bikin beda, tapi ngga bisa di publish.. jadi aku hapus dehh pas bagian yang ini hehehehehehehehehe

Pendidikan selalu punya tingkatan lebih tinggi. Misalnya pas TK, kita masih anak anak banget, masih belajar menulis, membaca, dan menghitung. Terus naik ke jenjang yang lebih tinggi lagi. SD. 6 tahun kita disana, belajar lebih giat lagi, masih ngga ngerti soal cinta-cintaan kayak masa sekarang. Ehm, kecuali pas kelas 5 atau 6 dulu. Ehm Uhuk. Hehehehe

Dari SD kita naik lagi ke SMP. Nahh pada masa SMP inilah masa masa paling labil. Mulai menjadi anak remaja yang sering mengalami cinta monyet. Labil labil labil labil, setelah 3 tahun di SMP kita mulai beranjak dewasa. SMA. Yang kata orang masa masa paling indah, masa masa yang merubah diri kita menjadi orang yang lebih dewasa, masa masa yang kata orang sulit untuk dilupakan. Ya walaupun melupakan itu memang selalu sulit, apalagi kalo hal yang dilupakan itu terlalu berkesan. Pasti butuh proses yang lama. Eh, kok udah ngomongin soal melupakan jadi?-____-

Jadi ya gitu, aku selalu berharap supaya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi dengan seragam ini. Harus lebih fokus, harus lebih dewasa, karakter harus lebih baik, harus bisa tahan emosi, jangan kayak pas SMP paling susah nahan air mata. Eh kebongkar-_-

Jadi ya gitu teman-temannnn, udah ngga tau mau nulis apa lagii, takutnya nanti nyambung kemana mana muehehehe. Yaudah aku pamit ya guyss, dadahhhh.

#sebenarnya ngga tau apa yang dari tadi aku tulis-____-

Salam manis, Syadza.

Sample Text